SHUTTERSTOCKIlustrasi menikah.
Menikah berarti siap menjadi orangtua
tidak sekadar 1-2 tahun, tetapi seumur hidup. Karenanya, untuk
menghadapi kondisi tersebut, seseorang memerlukan kesiapan mental yang
tangguh. Hal tersebut yang mendasari usia pernikahan minimal 21 tahun
bagi wanita, dan 25 tahun bagi pria.
“Usia memang tidak menjadi dasar mutlak kesiapan mental. Namun dengan batas tersebut diharapkan pengalaman dan kesiapan mental lebih baik, dibanding usia yang lebih muda. Selain tentunya kesiapan dari aspek medis,” kata psikolog Ana Surti Ariani dalam kelas parenting New Parents Academy sesi Psikologi Pernikahan, Minggu (16/3/2014).
“Usia memang tidak menjadi dasar mutlak kesiapan mental. Namun dengan batas tersebut diharapkan pengalaman dan kesiapan mental lebih baik, dibanding usia yang lebih muda. Selain tentunya kesiapan dari aspek medis,” kata psikolog Ana Surti Ariani dalam kelas parenting New Parents Academy sesi Psikologi Pernikahan, Minggu (16/3/2014).
Siap menjadi orangtua
Bila pasangan menikah sebelum usia 21 dan 25 tahun, Ana menyarankan keduanya menunda memiliki anak. Dengan penundaan tersebut keduanya bisa saling menyusun pola pendidikan untuk anaknya kelak. Keduanya juga bisa menyiapkan mental menghadapi proses tumbuh kembang anak. Selama penundaan, calon orangtua juga bisa menentukan pola pengasuhan yang hendak diterapkan pada anaknya.
“Parentingadalah pilihan dan orangtua bisa menentukannya dengan berbagai pertimbangan. Dengan kesiapan mental, diharapkan orangtua tahu bagaimana efek pengasuhan tersebut pada anaknya,” tutur Ana.
“Sampai kapanpun kita adalah orangtua dari seorang anak. Tugas orangtua
adalah menyediakan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Selanjutnya
orangtua harus berlapang dada menerima keputusan anak, walau tak sesuai
harapannya,” kata Ana.
Bila pasangan menikah sebelum usia 21 dan 25 tahun, Ana menyarankan keduanya menunda memiliki anak. Dengan penundaan tersebut keduanya bisa saling menyusun pola pendidikan untuk anaknya kelak. Keduanya juga bisa menyiapkan mental menghadapi proses tumbuh kembang anak. Selama penundaan, calon orangtua juga bisa menentukan pola pengasuhan yang hendak diterapkan pada anaknya.
“Parentingadalah pilihan dan orangtua bisa menentukannya dengan berbagai pertimbangan. Dengan kesiapan mental, diharapkan orangtua tahu bagaimana efek pengasuhan tersebut pada anaknya,” tutur Ana.
Bila mengetahui efek penerapan parenting maka orangtua
tidak akan asal pilih. Orangtua juga tidak akan menerapkan pengasuhan
hanya karena terbiasa. Selanjutnya orangtua akan menerapkan keputusan
tersebut dengan benar. Tentunya orangtua juga memasukkan lingkungan
sekitar dalam pertimbangan parentingyang dilaksanakan, misal keluarga dan asisten rumah tangga.
Siap berkorban dan lebih percaya diri
Selain memilih pola parenting, kesiapan mental akan membimbing calon orang tua mempersiapkan "pengorbanan" yang harus dilakukan. Misalnya mengorbankan waktu yang tadinya lebih banyak untuk dirinya untuk selalu memprioritaskan anaknya. Kesiapan mental juga menyebabkan orangtua selalu percaya diri dalam mengambil keputusan.
Siap memahami anak
Menjadi orangtua, kata Ana, merupakan keharusan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Keterampilan memungkinkan orangtua selalu bisa berkomunikasi, dan memahami apa yang dirasakan anak.
Yang tak kalah penting, kematangan mental memudahkan orangtua menerima
pilihan anak ketika dewasa. Meski tak sesuai rencana awal, orangtua
tetap harus memastikan anaknya bahagia dengan jalan yang dipilihnya.
Dengan cara ini, anak akan bisa menjalani kehidupannya dengan baik
ketika beranjak dewasa.
Siap berkorban dan lebih percaya diri
Selain memilih pola parenting, kesiapan mental akan membimbing calon orang tua mempersiapkan "pengorbanan" yang harus dilakukan. Misalnya mengorbankan waktu yang tadinya lebih banyak untuk dirinya untuk selalu memprioritaskan anaknya. Kesiapan mental juga menyebabkan orangtua selalu percaya diri dalam mengambil keputusan.
“Rasa percaya diri inilah yang menyebabkan orangtua tidak mudah
kalah, sehingga tidak mengabulkan apapun yang diminta anak. Hal ini
memungkinkan pengasuhan selalu dalam pola yang sudah ditetapkan. Percaya
diri sekaligus mencegah orangtua menjadi permisif pada anak,” tutur
Ana.
Siap memahami anak
Menjadi orangtua, kata Ana, merupakan keharusan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Keterampilan memungkinkan orangtua selalu bisa berkomunikasi, dan memahami apa yang dirasakan anak.
Sumber : KOMPAS.com,
Penulis : Rosmha Widiyani |
Selasa, 18 Maret 2014 | 09:13 WIB
Editor :
Wardah Fajr