Reporter : Irwanto | Sabtu, 11 Januari 2014 12:14
Pada 2015 mendatang, Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas Asia Tenggara. Namun, produk pasar Indonesia terutama dari usaha kecil menengah (UKM) sepertinya sulit bersaing. Betapa tidak, hingga kini celana dalam saja impor dari China.
Ketua Forum Tenaga Pendamping UMKM Provinsi Sumsel Sulama mengatakan, perkembangan UKM di Indonesia termasuk di Provinsi Sumsel ibarat peribahasa mati segan hidup tak mau. Hal itu lantaran kurangnya dukungan pemerintah terhadap pelaku usaha.
Padahal, UKM harus dimotivasi dan didukung penuh menghadapi pasar bebas Asia Tenggara nanti. Bukan tidak mungkin, dalam tempo tidak lama lagi, UKM akan gulung tikar.
"Memang diakui, perhatian pemerintah sangat minim terhadap UKM. Sekarang ini sudah banyak UKM yang mati suri," ungkapnya kepada merdeka.com, Sabtu (11/1).
Kondisi ini jauh berbeda dengan negara China. Menurut dia, di negara itu UKM sangat dominan dalam pangsa pasarnya. Tidak heran, jika segala jenis produk, China mampu mengekspor dalam jumlah banyak. Tidak hanya produk terkenal dan mewah, celana dalam pun bangsa Indonesia memakai produk buatan China.
"Bagaimana mau maju, celana dalam saja kita kalah. China sudah jual 10 ribu dapat tiga, nah produk asli kita masih mahal, 20 ribu malah cuma dapat satu," ketusnya.
Untuk itu, sistem dan perhatian pemerintah terhadap UKM harus diubah. Sebab, selama ini yang dihadapi UKM di Indonesia adalah masalah permodalan, minim pengetahuan, dan kurang teknologi. Kondisi jauh terbalik dengan yang terjadi China. Mereka sudah menggunakan teknologi canggih sehingga mampu menghasilkan produk lebih murah.
"Kalau tidak ada perubahan sama sekali, produk-produk buatan UKM kita sulit bersaing, apalagi watak masyarakat kita lebih cenderung memilih produk yang murah apalagi ditambah berkualitas," tukasnya.
sumber: merdeka.com