Selasa, 26 Agustus 2014 11:15 WIB
et/KOMPAS.com
Betty Sitorus berjuang melawan kanker, salah satunya dengan bantuan kunir putih.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak divonis
menderita kanker payudara pada Desember 2003, Betty Julinar Sitorus (60)
merasa dunianya runtuh. Namun semangatnya untuk membesarkan anak
bungsunya, serta dukungan yang putus dari keluarga dan lingkungannya, ia
pun berhasil melawan penyakitnya itu. Dengan memanfaatkan herbal, Betty
bahkan tak perlu menjalani kemoterapi.
Keputusan memilih untuk
tidak menjalani kemoterapi bukanlah perkara mudah. Pasalnya, terapi itu
merupakan standar baku pengobatan kanker. Dokter pun bersikeras untuk
memberikan kemoterapi pada wanita kelahiran Pemalang Siantar, 11 Juli
1954 tersebut.
Terapi pertama pengobatan kanker yang dijalani
wanita yang masih tampak segar dengan rambutnya yang tebal dan hitam ini
adalah operasi bedah untuk mengangkat kanker di payudaranya atau
tindakan mastektomi. Belakangan, dia pun tahu bukan hanya kanker
payudara yang bersarang di tubuhnya, melainkan sudah menyebar ke
paru-paru dan ovariumnya.
Setelah operasi pengangkatan kanker,
dokter menyarankan Betty untuk segera menjalani kemoterapi. Awalnya
wanita keturunan Batak ini setuju, maka ia pun menjalani serangkaian tes
untuk persiapan menjalani kemoterapi.
Bersamaan dengan itu, Betty
berpikir untuk mencari pengobatan alternatif yang dapat menjadi
"tameng" sebelum ia mendapatkan terapi lebih lanjut. Ia memanfaatkan
kunir putih yang menurut penelitian para dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, dapat bersifat toksik untuk sel-sel tumor.
Ia
meminum kunir putih tersebut sesuai dengan dosis yang disarankan, pada
pagi, siang, dan malam. Selanjutnya, ia menjalani tes penanda tumor
untuk memantau perkembangan tumor di tubuhnya.
"Sebelum menjalani
kemoterapi, saya menjalani serangkaian tes, termasuk sel darah carcino
antigen, yaitu penanda tumor yang dapat mendeteksi perkembangan kanker
melalui darah," papar penerima tanda penghargaan sebagai "Wanita
Pejuang" versi majalah Narwastu pada 2009 ini.
Tak terduga, hasil
tes melalui penanda tumor tersebut semakin hari semakin membaik atau sel
tumornya terus berkurang. Betty bertanya-tanya, kenapa bisa demikian,
padahal ia belum mulai menjalankan kemoterapi.
Setelah berdiskusi
dengan dokter yang memberikannya kunir putih tersebut, ia akhirnya
memberanikan diri untuk menunda jadwal kemoterapinya dan melanjutkan
konsumsi kunir putih dan dibarengi dengan tes penanda tumor.