Reporter : Darmadi Sasongko | Jumat, 3 April 2015 10:03
Wirausaha Abah Odil tukang bubur. ©2015 merdeka.com/darmadi sasongko
Merdeka.com - Anugerah
Wildan pertama kali makan bubur ayam Abah Odil bersama orang tuanya, beberapa
tahun lalu. Setelah itu dia ketagihan lalu mengajak teman sebayanya untuk
menyantap bubur khas Tasikmalaya itu.
"Rasanya
enak apalagi kalau pakai telur setengah matang. Sering ke sini, selain itu enak
suasananya dan ramah," kata mahasiswa Universitas Brawijaya asal Papua
itu.
Hal serupa juga disampaikan Nita Etnita Kurnia Sari, mahasiswa
jurusan seni tari Universitas Negeri Malang.
Dia merasa cocok dengan ukuran menu yang disajikan. "Soalnya saya tidak
suka kuah, cocok juga untuk diet," tegasnya.
Kepuasan
pelanggan menjadi satu-satunya kebahagiaan Ate Rushandi sepanjang 11 tahun
menekuni profesi sebagai tukang bubur ayam. Nama bubur ayam Abah Odil diambil
dari nama anak bontotnya, Abdillah yang biasa disapa Odil.
Bicara
soal perjalanan bisnisnya dari semula hanya beromzet Rp 15.000 hingga kini
mengantongi Rp 1,3 miliar, tak lepas dari campur tangan Tuhan. Kesuksesannya
meramu bisnis bubur ayam berkat keterlibatan Allah SWT.
"Bisnis
ke-19 kali, sudah dalam keterpurukan, pasrah dengan melibatkan Allah,"
kata Abah Odil saat ditemui merdeka.com di salah satu rukonya di Jalan Soekarno
- Hatta Kota Malang, Rabu (1/3).
Abah tak
menyangka bisnisnya berkembang pesat dalam satu dekade terakhir, dari berjualan
dengan gerobak di pingiran jalan sampai kini berjualan di ruko dan punya 4
cabang.
"Kita
nikmati, kenikmatan dari bubur. Tidak menyangka, tukang bubur sudah punya
kantor. Bayangin, dari tukang bubur di pingir jalan," ungkapnya.
Kenikmatan
berjualan bubur tidak hanya dari sisi materi atau pundi-pundi uang yang
dikumpulkan. Abah Odil justru merasakan kenikmatan lain yakni kedekatan dengan
Tuhan. Dengan berjualan bubur, hidup keagamaannya lebih teratur. Dia tak pernah
melewatkan waktu salat berjamaah bersama keluarga dan karyawannya.
Tidak
hanya itu, dia juga punya waktu mengikuti pengajian. Menurutnya, ini penting.
Apalagi setelah perjalanan hidup dan bisnisnya yang tak lepas dari campur
tangan Allah. Ate merasa terlambat melibatkan Allah dalam menjalankan
bisnisnya.
"Dulu
rezeki berlimpah barangkali ya, kemudian lalai, baru lewat bubur ini lah diberi
jalan. Barangkali lewat ini juga dibersihkan semua, menjadi rezeki yang
barokah," tutupnya