Kamis, 11 Juli 2013 08.30.00
Reporter : Idris Rusadi Putra
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan
menceritakan tentang kisah hidupnya di depan ratusan karyawan BUMN
dalam acara tausiah di Masjid Kementerian. Dalam ceritanya, Dahlan
mengatakan kalau dia pernah kuliah namun di keluarkan atau drop out (DO) hingga akhirnya tak mendapatkan ijazah strata satu (S1).
Dahlan saat ini hanyalah lulusan Madrasah Aliyah (MA), namun walaupun tidak lulus dan DO saat kuliah, Dahlan justru menemukan istrinya di sana. Dahlan sangat bersyukur walaupun tak mendapat ijazah namun mendapat istri Nafsiah Basri.
"Saya tamatan MA tak lulus perguruan tinggi bukan karena bodoh. Saya mencoba kuliah di Kaltim yang gratis namun saya di DO dan saya tidak menyesal karena saya dapat istri. Kalau istri saya bukan dia, saya tidak jadi begini sekarang," cerita Dahlan dalam acara tausiah di Jakarta, Rabu (10/7).
Dahlan melanjutkan ceritanya di mana ketika dia diminta presiden untuk menjadi direktur utama Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada awalnya, Dahlan tidak merasa pantas menjadi bos PLN karena hanya lulusan MA. Selain itu Dahlan juga tidak pernah punya pengalaman mengenai kelistrikan.
"Pengalaman listrik satu-satunya ketika saya kesetrum. Tapi presiden mengatakan ingin ahli manajemen dan mempunyai leadership. Kata presiden, Pak Dahlan mempunyai leadership dan manajemen bagus," kata Dahlan.
Semasa jadi dirut PLN, Dahlan tidak menerima gaji sebesar Rp 160 juta per bulan karena dia telah berjanji tidak mau lagi mencari uang setelah sakit kanker hati. Dahlan hanya ingin fokus mengurus pesantren milik keluarga dan menjadi guru jurnalistik.
"Saya sudah berjanji tidak mau bekerja dan cari uang. Saya mau urus madrasah dan tidak terima gaji," katanya.
Sewaktu menjadi dirut PLN, Dahlan akhirnya diminta presiden untuk menjadi menteri di Kementerian BUMN. Dahlan yang sudah merasa asik di PLN akhirnya menangis ketika harus meninggalkan instansi listrik tersebut.
"Saya menangis tidak mau jadi menteri. Justru saya pernah mengatakan akan serah terima jabatan Pak Mustafa Abubakar (Menteri BUMN sebelumnya) setelah dia sembuh biar jadi menteri lagi saja," tutupnya.
Meski tidak lulus kuliah, Dahlan justru mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) Bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam dari kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, Semarang.
Menurut Prof. Dr. Nur Syam Msi sebagai perwakilan senat dan promotor acara, ada tiga pertimbangan yang menjadi bahan pertimbangan senat IAIN Walisongo memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Dahlan Iskan .
Pertama, Dahlan Iskan dipandang sebagai sosok yang inspiratif. Kedua, Dahlan dinilai memiliki talenta menulis yang baik. Ketiga, berkat kepemimpinannya, Jawa Pos bisa berkembang cepat.
Dahlan saat ini hanyalah lulusan Madrasah Aliyah (MA), namun walaupun tidak lulus dan DO saat kuliah, Dahlan justru menemukan istrinya di sana. Dahlan sangat bersyukur walaupun tak mendapat ijazah namun mendapat istri Nafsiah Basri.
"Saya tamatan MA tak lulus perguruan tinggi bukan karena bodoh. Saya mencoba kuliah di Kaltim yang gratis namun saya di DO dan saya tidak menyesal karena saya dapat istri. Kalau istri saya bukan dia, saya tidak jadi begini sekarang," cerita Dahlan dalam acara tausiah di Jakarta, Rabu (10/7).
Dahlan melanjutkan ceritanya di mana ketika dia diminta presiden untuk menjadi direktur utama Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada awalnya, Dahlan tidak merasa pantas menjadi bos PLN karena hanya lulusan MA. Selain itu Dahlan juga tidak pernah punya pengalaman mengenai kelistrikan.
"Pengalaman listrik satu-satunya ketika saya kesetrum. Tapi presiden mengatakan ingin ahli manajemen dan mempunyai leadership. Kata presiden, Pak Dahlan mempunyai leadership dan manajemen bagus," kata Dahlan.
Semasa jadi dirut PLN, Dahlan tidak menerima gaji sebesar Rp 160 juta per bulan karena dia telah berjanji tidak mau lagi mencari uang setelah sakit kanker hati. Dahlan hanya ingin fokus mengurus pesantren milik keluarga dan menjadi guru jurnalistik.
"Saya sudah berjanji tidak mau bekerja dan cari uang. Saya mau urus madrasah dan tidak terima gaji," katanya.
Sewaktu menjadi dirut PLN, Dahlan akhirnya diminta presiden untuk menjadi menteri di Kementerian BUMN. Dahlan yang sudah merasa asik di PLN akhirnya menangis ketika harus meninggalkan instansi listrik tersebut.
"Saya menangis tidak mau jadi menteri. Justru saya pernah mengatakan akan serah terima jabatan Pak Mustafa Abubakar (Menteri BUMN sebelumnya) setelah dia sembuh biar jadi menteri lagi saja," tutupnya.
Meski tidak lulus kuliah, Dahlan justru mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) Bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam dari kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, Semarang.
Menurut Prof. Dr. Nur Syam Msi sebagai perwakilan senat dan promotor acara, ada tiga pertimbangan yang menjadi bahan pertimbangan senat IAIN Walisongo memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Dahlan Iskan .
Pertama, Dahlan Iskan dipandang sebagai sosok yang inspiratif. Kedua, Dahlan dinilai memiliki talenta menulis yang baik. Ketiga, berkat kepemimpinannya, Jawa Pos bisa berkembang cepat.
[bmo]