SDM: How Low Can You Go?

PDF Print
Friday, 23 December 2011
Semua organisasi yang berkembang pesat ternyata tidak hanya memfokuskan diri semata kepada keuntungan. Henry Ford pernah mengatakan bahwa baginya aset terbesar adalah people atau sumber daya manusia.

Perusahaan yang visioner tentunya pasti memperhatikan aspek pengembangan sumber daya manusia. Namun ternyata, bila Anda lihat kenyataannya,masih banyak perusahaan yang tidak peduli dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Orientasinya hanya pada pemasaran dan meraup keuntungan sebesar-besarnya.Tanpa memandang sebelah mata terhadap pentingnya pemasaran, agaknya prinsip yang hanya semata mengandalkan penjualan tanpa didukung fungsi HR yang baik dalam perusahaan tidak akan bertahan lama.

Agak ironis memang ketika melihat sebuah perusahaan berani jorjoran untuk melakukan promosi produk merek ternama namun mengabaikan pengembangan SDM.Tidak tanggung- tanggung,anggaran yang dikeluarkan cukup besar mulai dari beriklan di media cetak sampai media elektronik, bahkan ditambah dengan melakukan pameran. Seolah tergambar bahwa the bottom line is profit bagi mereka. Ketika harus berinvestasi pada SDM melalui pelatihan, seminar atau sejenisnya,ada keraguan tergambar di sana yang berujung pada penundaan.

Setelah mengamati dengan seksama, keraguan tersebut sering dikarenakan penilaian bahwa pelatihan tidak berdampak langsung pada penjualan. “Tanpa pelatihan pun masih bisa jualan,” begitulah kilah sebagian orang.Sedangkan,kegiatan pemasaran lebih mudah dilihat imbasnya terhadap penjualan. Saya pribadi menilai ini sebagai pemikiran yang konvensional dan tidak visioner. Bayangkan apa yang akan terjadi jika tim penjualan yang Anda harapkan dapat menghasilkan angka pada perusahaan ternyata memiliki metode yang kurang tepat dalam mendekati pelanggan sehingga pelanggan merasa kecewa.

Ingat bahwa bila pelanggan Anda kecewa, paling tidak dia akan membicarakan ke beberapa orang temannya. Terlalu berisiko dan terlalu besar biaya yang akan Anda bayar jika hal ini terjadi. Sebuah ungkapan yang mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati” mengingatkan bahwa Anda perlu mempersiapkan SDM Anda dengan kemampuan yang cukup sebelum Anda melepas mereka ke lapangan untuk memasarkan produk. SDM yang berada dalam organisasi Anda adalah duta organisasi. Mereka membawa bendera organisasi sebagai sebuah atribut bersama mereka.

Bila mereka memiliki kualitas yang baik dari segi kemampuan maupun sikap tentunya akan berpengaruh pada image organisasiAnda.Pada beberapa organisasi yang sudah sangat concern mengenai pengembangan SDM, berbagai perencanaan dikonsepkan sedemikian rupa agar orang-orang dalam organisasi mencapai standar kualitas tertentu dan secara kolektif menjadi kekuatan bagi organisasi tersebut. Nilai-nilai perusahaan ditanamkan sedemikian rupa sehingga diharapkan menjadi budaya atau kultur perusahaan yang berciri tertentu.

Beragam program pengembangan yang berkesinambungan mulai dari entry level sampai strategic level menjadi mutlak perlu agar memiliki daya saing yang tinggi di pasar. Sebuah organisasi yang baik dan dapat bertahan lama adalah organisasi yang memiliki kemampuan untuk terus belajar.Proses belajar adalah proses yang tidak pernah ada titik akhir. Selama organisasi tersebut ingin tetap eksis, maka proses belajar mutlak perlu dan tidak bisa ditawar-tawar. Proses belajar dalam setiap organisasi mengambil bentuknya dalam serangkaian kegiatan.

Salah satu yang paling nyata adalah program pelatihan dan pengembangan SDM di dalam organisasi. Bila program pelatihan menjadi sesuatu yang dinilai sangat penting,pertanyaan besarnya adalah siapa yang sesungguhnya membutuhkan program pelatihan dan pengembangan tersebut. Sebut saja beberapa perusahaan multinasional yang menjadi langganan dalam daftar perusahaan papan atas versi majalah Fortune seperti GE dan Citibank yang memiliki program lengkap pengembangan SDM mulai dari new recruit sampai top executives.

Rangkaian development program mulai dari yang bersifat teknis terkait dengan kegiatan bisnis sampai dengan materi kepemimpinan secara umum secara rutin digelar dalam rangka menyokong kegiatan inti perusahaan. Beberapa dikemas dalam in-class program yang menghadirkan seminar dan workshop bagi para karyawan, sedang yang lain lagi dalam bentuk job rotational program dengan bimbingan dari karyawan senior yang dipercaya perusahaan.

Nyata bahwa perusahaan tersebut tidak lagi sekadar melihat training sebagai sesuatu yang penting tetapi lebih mendasar lagi yaitu sebagai prasyarat dalam organisasi. Di Indonesia kita melihat beberapa nama perusahaan yang terbilang konsisten dalam menerapkan pelatihan dan pengembangan SDM dalam organisasi.Perusahaan seperti Astra International dengan basis bisnis di bidang automotif misalnya, beberapa kali terpilih sebagai perusahaan dengan manajemen SDM yang baik versi beberapa majalah bisnis.

Tidak hanya itu, Astra memiliki serangkaian program training yang merespons pada kebutuhan bisnis di organisasi tersebut. Dalam semangat yang sama, perbankan juga seakan tidak mau kalah dalam mengembangkan kompetensi karyawannya. Bank Mandiri dan BCA adalah beberapa contoh dari perbankan yang peduli pada pengembangan SDM. Pengembangan SDM dilakukan lewat pelatihan manajemen yang bertujuan mempersiapkan karyawan agar siap pakai di industri yang bersangkutan.

Kesadaran tentang pentingnya investasi untuk pengembangan SDM ternyata hanya melekat di sedikit organisasi. Berbeda dengan bagian pemasaran atau penjualan yang berimbas langsung pada kinerja sebuah organisasi secara kasatmata, sebagian organisasi lainnya masih menilai pengembangan SDM sebagai cost center. Benarkah demikian adanya? Banyak perusahaan yang cenderung mencari individu yang siap pakai, tidak perlu pelatihan yang macammacam. Alhasil, perusahaan tersebut mencari talent dari perusahaan lain dalam industri sejenis.

Istilah yang banyak dipakai orang adalah bajakmembajak karyawan. Dengan kompetensi karyawan yang lengkap, perusahaan sekelas Citibank selalu menjadi incaran di industri perbankan. Terang saja, Citibank seolah menjadi tempat belajar bagi mereka yang terjun ke industri perbankan. Dengan penawaran yang lebih tinggi dan karier yang menjanjikan, karyawan Citibank diajak pindah ke kapal lain. Begitulah fenomena yang terjadi.Sadar atau tidak,people dengan kompetensi lengkap di industri terkait menjadi fokus utama dalam pencarian talent di banyak organisasi.

Citibank juga tidak tinggal diam, berbagai program untuk me-retain karyawan terbaiknya juga disiapkan sehingga para karyawan akan tetap setia tinggal di dalam organisasi tersebut. Agaknya fenomena ini tidak akan pernah berakhir. Berebut orang-orang terbaik di dalam organisasi sudah menjadi hal yang lumrah dewasa ini.Pasalnya, penawaran yang diberikan juga tidak tanggungtanggung agar si karyawan mau berganti baju.

Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa lulusan perguruan tinggi sekalipun masih perlu melalui proses penempaan agar benar-benar siap dan sesuai dengan kebutuhan industri. Di sinilah peran bagian pelatihan dan pengembangan SDM untuk menyelesaikan pekerjaan rumah terutama dalam menyiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif di pasar.

Soal pengembangan SDM jangan dilihat dari perspektif biaya atau anggaran yang harus disediakan karena pada akhirnya SDM bukan soal “How Low Can You Go?” Mengutip Ford, SDM adalah aset/harta sehingga bila Anda bijak,maka Anda dan or-ganisasi Anda akan bicara bagaimana Anda akan berinvestasi untuk SDM. Salam transformasi!

MEN JUNG MM
Penulis “Go To The Next Level!” menjung@stiplus.comThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it www.stiplus.com

No comments:

Post a Comment