Jodhi Yudono | Jumat, 23 September 2011 | 03:47 WIB
"Itulah sebabnya saya ingin tahu tempe dari negara asalnya, apalagi dalam lima tahun terakhir peminat tempe di Jepang semakin banyak," kata Chieri dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan kontributor TV NHK Jepang, Jarot, di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (21/9/2011).
Hal itu disampaikan Chieri Kakuda saat menjawab pertanyaan wartawan lokal di Kabupaten Bantul yang sebelumnya meliput syawalan yang dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono dan para pejabat Bantul.
Menurut dia, TV NHK Jepang datang untuk mendalami makanan tradisional Indonesia khususnya Jawa. Ketertarikannya itu berawal dari Rustono, asal Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, yang menjadi pengusaha tempe di Jepang sejak lima tahun lalu.
"Tempe sangat menarik karena mirip dengan makanan tradisional Jepang yang bernama nato, dan tempe di Jepang makin diminati, meskipun tidak bisa menandingi nato sebagai makanan tradisional Jepang," katanya.
Untuk mengetahui tentang tempe, produser lulusan Osaka University itu bersama dua rekannya berkeliling di Yogyakarta selama beberapa hari mulai 19 September hingga 27 September 2011.
"Kami terkejut dengan beberapa olahan tempe di Yogyakarta. Kalau di sini hingga busuk pun masih digunakan menjadi sayur, maka di Jepang tidak ada," katanya.
Menurut dia, perbedaan antara yang dibuat di Jepang dan di Indonesia adalah harganya. Di Jepang, satu tempe yang dapat dipotong menjadi empat buah dipatok dengan harga Rp 30.000.
"Meski bukan asli makanan Jepang, saya juga suka makan tempe. Setiap kali makan, saya sering mencampurkan dengan miso siro (sup tradisional jepang) dan sushi cocok sekali," katanya.
Dalam kesempatan liputan di Bantul, produser asal Jepang itu menyempatkan menawarkan tempe yang dibawa dari Jepang untuk dicicipi Sri Sultan seusai menghadiri syawalan di Bantul.
Tanpa ragu-ragu, Sultan mengambil satu tempe berpotongan segitiga dan mencicipinya. Setelah beberapa gigitan, produser asal Jepang itu memberikan pertanyaan kepada Sultan.
"Rasanya hampir sama kok, tidak ada bedanya, enak. Untuk Rustono yang kini sukses, jangan menyerah membuat tempe di Jepang. Setelah bertahun-tahun akhirnya kamu berhasil," katanya.
No comments:
Post a Comment