Asep Candra | Jumat, 23 September 2011 | 10:57 WIB
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Kerelawanan memberikan nilai positif yang menyehatkan fisik dan emosi.
KOMPAS.com — Sebuah penelitian menunjukkan, orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain bisa hidup lebih lama dibanding mereka yang tak suka menolong. Namun, jika kegiatan menolong dilakukan dengan fokus diri sendiri, "bonus" umur panjang tidak akan berlaku.
Penelitian yang dilakukan Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, yang pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.
Pada 2004 para partisipan didata seputar seberapa sering mereka menjadi relawan dalam 10 tahun sebelumnya. Mereka juga ditanyai alasan menjadi relawan, atau jika ada yang belum pernah dan baru berencana menjadi relawan, apa alasan yang memotivasi rencana mereka.
Hasilnya, beberapa partisipan menyatakan alasan mereka lebih berorientasi pada orang lain, seperti "saya rasa menolong orang lain itu penting" atau "menjadi relawan adalah kegiatan penting untuk orang-orang yang saya kenal baik". Akan tetapi, ada juga responden yang jawabannya lebih berorientasi pada diri sendiri, seperti "menjadi relawan merupakan pelarian yang baik untuk masalah yang saya alami", atau "menjadi relawan membuat saya merasa lebih baik".
Para peneliti lalu membandingkan alasan para responden dengan informasi kesehatan fisik yang dikumpulkan pada 1992. Mereka juga memperhatikan status sosial ekonomi, kesehatan mental, dukungan sosial, status pernikahan, dan faktor risiko kesehatan meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan indeks masa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 2008 mereka yang menjadi relawan dengan titik berat pada kondisi orang lain punya tingkat mortalitas yang lebih rendah dibanding partisipan yang tidak menjadi relawan. Dari 2.384 partisipan non-relawan, 4,3 persen di antaranya meninggal empat tahun kemudian, sedangkan hanya 1,6 persen responden relawan yang meninggal pada tahun yang sama.
Sementara itu, partisipan yang mengaku menjadi relawan dengan fokus pada diri sendiri punya tingkat mortalitas yang hampir sama, yaitu 4 persen, dibanding mereka yang tidak menjadi relawan sama sekali.
"Cukup beralasan jika seseorang menjadi relawan demi keuntungan diri sendiri, akan tetapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, ironinya, jika keuntungan diri sendiri adalah motivasinya, mereka tidak mendapatkan keuntungan tersebut sama sekali," kata salah seorang peneliti Andrea Fuhrel-Forbis. (Ni Ketut Susrini/LiveScience)
Penelitian yang dilakukan Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, yang pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.
Pada 2004 para partisipan didata seputar seberapa sering mereka menjadi relawan dalam 10 tahun sebelumnya. Mereka juga ditanyai alasan menjadi relawan, atau jika ada yang belum pernah dan baru berencana menjadi relawan, apa alasan yang memotivasi rencana mereka.
Hasilnya, beberapa partisipan menyatakan alasan mereka lebih berorientasi pada orang lain, seperti "saya rasa menolong orang lain itu penting" atau "menjadi relawan adalah kegiatan penting untuk orang-orang yang saya kenal baik". Akan tetapi, ada juga responden yang jawabannya lebih berorientasi pada diri sendiri, seperti "menjadi relawan merupakan pelarian yang baik untuk masalah yang saya alami", atau "menjadi relawan membuat saya merasa lebih baik".
Para peneliti lalu membandingkan alasan para responden dengan informasi kesehatan fisik yang dikumpulkan pada 1992. Mereka juga memperhatikan status sosial ekonomi, kesehatan mental, dukungan sosial, status pernikahan, dan faktor risiko kesehatan meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan indeks masa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 2008 mereka yang menjadi relawan dengan titik berat pada kondisi orang lain punya tingkat mortalitas yang lebih rendah dibanding partisipan yang tidak menjadi relawan. Dari 2.384 partisipan non-relawan, 4,3 persen di antaranya meninggal empat tahun kemudian, sedangkan hanya 1,6 persen responden relawan yang meninggal pada tahun yang sama.
Sementara itu, partisipan yang mengaku menjadi relawan dengan fokus pada diri sendiri punya tingkat mortalitas yang hampir sama, yaitu 4 persen, dibanding mereka yang tidak menjadi relawan sama sekali.
"Cukup beralasan jika seseorang menjadi relawan demi keuntungan diri sendiri, akan tetapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, ironinya, jika keuntungan diri sendiri adalah motivasinya, mereka tidak mendapatkan keuntungan tersebut sama sekali," kata salah seorang peneliti Andrea Fuhrel-Forbis. (Ni Ketut Susrini/LiveScience)
No comments:
Post a Comment