Menikah Itu Ibarat Naik Gunung dan Memandang Samudera

Menikah itu ibarat naik gunung, kalau kita lihat nampak begitu indah mempesona, bahkan dilihat dari lukisannya saja indahnya luar biasa, kadang kita ga sabar tuk segera mendakinya, namun jangan coba-coba naik gunung tanpa bekal, karena bukan keindahan yang akan di dapat, tapi celaka bahkan kematian yang akan menanti.

Karena dibalik indahnya banyak jurang menganga, tebing yang sangat tinggi, jalan yang terjal penuh onak dan duri, kalau kita ga siap maka bisa membahayakan kita. untuk itu kalau kita hendak pergi mendaki gunung, kita harus mempersiapkan bekalnya, bukan sekedar bekal dalam carrier untuk bisa mencapai puncak, tapi bekal mental, dan pemahaman. Hanya yang punya keyakinan, kuat mental, dan siap menghadapi ujian yang bisa mencapai puncaknya yang indah.

Menikah juga seperti itu kadang kita melihat pernikahan begtu indah dan menarik hati, kadang kita tergesa-gesa melangkahkan kaki untuk menggapainya, hingga kita lihat berapa banyak yang tumbang dalam pernikahan, karena ketidak siapan bekal.
Bukan uang atu materi dan semangat bekal yang paling dibutuhkan, tapi bekal hati yang bertaqwa, “wa tazawwaduu fa inna khoiro zaadit taqwa”, hati yang dihiasi iman, ketulusan, ilmu dan kesabaran.
Hati yang seperti itu yang akan sampai pada ujungnya yang indah, yaitu keluarga sakinah, mawadah, rahmah dan indahnya berjuang di jalanNya, hingga akhirnya bertemu kembali di surga. Maka dari itulah pernikahan harus dipersiapkan sematang mungkin.
Menikah itu ibarat melihat laut. Laut itu juga terlihat sangat indah, membiru. Tapi berapa banyak bahtera yg karam disamudra dihadang ombak, gelombang yg menerpa buritan, belum lagi karang yang mengangancam.
Jadilah peselancar yang matang, yang sudah membekali diri dengan, keahlian, sehingga saat gelombang meninggi, ia tidak panik, tidak celaka, bahkan kadang semakin asyik ia memainkan selancarnya, peselancar tangguh tidak belajar di selokan dan didanau yang tenang, tapi diatas ombak di lautan.
Jangan pernah takut dengan gelombang yang mungkin akan menerpa rumah tangga, tapi persiapkan diri tuk menghadapinya.
Ingatlah kita gak pernah bisa menenangkan badai, tapi kita akan mampu menenangkan hati, saat badai itu tiba.
  1. Kuatkan keimanan pada Allah, payungi dengan doa
  2. Ikuti pengajian, melangkah diatas sunnah dan ibrah
  3. Berbagi pada sesama
  4. Optimalkan Ikhtiar
  5. Bismillah kita melangkah

nyonyors.wordpress.com
Oleh: Ustadz Ismeidas Makfiansah
facebook.com/ismeidas
Ini adalah artikel yang dikirim pembaca. Anda juga bisa melakukannya, klik di sini.