Kamis, 29/11/2012 09:54 WIB
Jakarta, Terjebak macet di siang hari yang panas,
disertai kepulan asap bis kota dan geliat liar pengendara motor, wajar
saja jika amarah cepat tersulut. Walau demikian, ada baiknya menahan
diri agar kepala tetap dingin. Sebab ketidaksabaran dapat mengganggu
kesehatan.
Budaya praktis yang muncul seiring dengan pesatnya teknologi di abad 21 juga disebut-sebut membuat orang berpikir instan dan ingin semuanya serba cepat. Akibatnya, kesabarannya pun lebih mudah habis. Walau demikian, batas toleransi kesabaran setiap orang memang berbeda-beda.
Orang yang mudah tegang dan kompetitif disebut memiliki kepribadian tipe A. Orang-orang seperti ini cenderung merasa terburu-buru dan sulit menerima jika sesuatu tidak berjalan seperti keinginannya.
"Orang dengan tipe kepribadian ini lebih mudah marah ketika emosinya meningkat. Sekitar 25 persen orang Amerika memiliki kepribadian tipe A yang meningkatkan risikonya atas gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung," kata Dr Redford Williams, internis di Duke University Medical Center di North Carolina seperti dikutip dari Myhealthnewsdaily.com, Kamis (29/11/2012).
Sebuah penelitian tahun 2003 yang diterbitkan Journal of American Medical Association menemukan bahwa orang yang tidak sabar lebih besar besar kemungkinannya terserang tekanan darah tinggi di kemudian hari. Tekanan darah tinggi merupakan suatu gejala bahwa tubuh memiliki dorongan emosi yang berlebihan.
Selain itu, orang yang sering tidak sabar dan mudah marah lebih sering mengalami stres. Tubuh bereaksi terhadap stres dengan cara melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang membantu tubuh merespons situasi stres. Tingginya kadar kortisol dan adrenalin pada akhirnya bisa menyebabkan meningkatkan berat badan, gula darah dan tekanan darah.
"Jika akan diserang oleh harimau, respons ini dapat membantu Anda bertahan hidup, tetapi tidak akan membantu jika sedang terjebak macet atau menunggu antrean," kata Williams.
Sebuah penelitian tahun 2000 yang diterbitkan Journal of American Medical Association menemukan bahwa orang dewasa muda yang memiliki tingkat permusuhan tinggi cenderung mengalami penimbunan plak di pembuluh darah koronernya.
Hormon stres menstimulasi penimbunan plak sehingga mempersempit pembuluh darah. Proses ini dapat mengakibatkan serangan jantung. Hormon stres juga menyebabkan sel-sel lemak tubuh melepaskan lemak ke dalam aliran darah. Lemak ini dapat disimpan dalam plak di pembuluh darah arteri yang memberi makan jantung.