Kuliah Umum Aburizal Bakrie Ical: Tidak Ada Saham, Pakai Keringat

Idha Saraswati W Sejati | Jimmy Hitipeuw | Rabu, 27 April 2011 | 20:58 WIB
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Aburizal Bakrie
SURABAYA (Kompas), Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie menilai masalah politik di Indonesia sudah selesai. Oleh karena itu, saat ini yang harus dikejar oleh Indonesia adalah pembangunan ekonomi.

Hal itu disampaikan Aburizal saat mengisi seri kuliah tamu yang diadakan Pusat Pembinaan Karier dan Kewirausahaan (PPKK) Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/4/2011). Dalam kuliah umum yang diikuti sekitar 400 mahasiswa tersebut, ia membawakan tema "Kepemimpinan dan Kebangsaan".
Menurut dia, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia saat ini mestinya sudah memasuki masa konsolidasi. Untuk itu, paradigma masa transisi harus ditinggalkan karena selama ini masa transisi kerap dijadikan alasan untuk memaklumi setiap kegagalan.
"Demokrasi adalah wadah dan mekanisme untuk mencapai tujuan-tujuan besar, bukan wadah politik belaka," katanya.
Berangkat dari situ, ia menilai masalah politik sudah selesai. Indonesia kini harus mengejar pembangunan ekonomi sebab rakyat tidak bisa mendapat kehidupan layak tanpa ada pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi itu, hal pertama yang harus diutamakan adalah pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan, pelabuhan, hingga bandara udara.
Setiap berkunjung ke China dan memandang kota Beijing, Aburizal mengaku kagum sekaligus menyesali ketertinggalan Indonesia. China saat ini mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen per tahun sehingga bisa menyediakan pekerjaan bagi ratusan juta rakyatnya .
Sementara itu, Indonesia sudah merasa puas dengan pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun sehingga pembangunan terkesan berjalan lamban dan tanpa fokus. Jalan tol pertama di Asia Timur adalah Tol Jagorawi di Indonesia.
"India dan China pun waktu itu merasa perlu belajar dari Indonesia. Tetapi apa yang terjadi pada kita sekarang," ujarnya.
Kepada para mahasiswa, Aburizal juga membagi kisah hidupnya sejak dari masa kuliah di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1960-an. Ia juga menceritakan kejatuhan bisnisnya pada tahun 1998 yang membuat keluarganya bangkrut dan dililit utang. Namun, ia berhasil membayar utang dan membangkitkan kembali bisnisnya.
Ia mengatakan, kegagalan tidak boleh dihadapi dengan rasa putus asa. Sebaliknya, kegagalan menjadi pelajaran berharga sekaligus menjadi awal dari keberhasilan yang baru.
"Tidak ada orang yang miskin karena bayar utang. Kalau tidak bisa bayar utang, pakai saham. Kalau tidak ada saham, pakai keringat. Jangan pernah lari dari persoalan," ucapnya.

 

No comments:

Post a Comment