Oleh Megan Gannon, Editor Berita |
LiveScience.com
Punya teman yang mengganti status Facebook hampir
tiap dua menit sekali?
Para ilmuwan kini menemukan alasan di
balik seseorang yang teramat sering mengganti status Facebook mereka.
Orang yang lebih sering mengganti status Facebook merasa tidak terlalu
kesepian, meskipun status itu tidak ada yang mengomentari.
“Ide
penelitian ini kami dapat saat berbagi kisah mengenai apa yang para
sahabat kami tulis di Facebook saat kami sedang bersantai,” kata
peneliti psikologi, Fenne Grobe Deters, dari Universitat Berlin, kepada
LiveScience melalui sebuah email.
“Kami rasa akan menarik untuk
meneliti bentuk komunikasi baru ini secara empiris.”
Fenne dan
rekannya merekrut sekitar 100 mahasiswa di University of Arizona yang
semuanya adalah pengguna Facebook. Semua peserta mengisi survei awal
untuk mengukur tingkat kesepian, kebahagiaan, dan depresi mereka.
Mereka
juga memberikan akses profil Facebook mereka kepada para penelitinya
dengan berteman dengan tiruan pengguna yang dibuat untuk eksperimen
tersebut.
Mahasiswa tersebut dikirimi sebuah analisis rata-rata
status mingguan mereka. Beberapa peserta juga diminta untuk mengganti
status mereka lebih banyak dibandingkan biasanya selama satu pekan ke
depan. Selama pekan itu, semua peserta menjawab kuisioner online di
pengujung hari mengenai suasana hati dan tingkat hubungan sosial mereka.
Tim
ilmuwan menemukan, dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang tidak
mengubah kebiasaan media sosial mereka, mereka yang sering menulis
status merasa sedikit kesepian selama pekan itu.
Tingkat
kebahagiaan dan depresi mereka tidak berubah, “menunjukan bahwa
dampaknya berpengaruh terhadap tingkat kesepian,” seperti yang ditulis
para penelitinya. Dan menurunnya tingkat kesepian dikaitkan dengan
meningkatnya perasaan yang lebih terhubung secara sosial, yang menurut
para ahlinya dianggap sebagai dampak positif dari mengganti status.
Menariknya,
tim peneliti menemukan bahwa tingkat kesepian tidak bergantung pada
apakah status tersebut meraih banyak komentar/Like dari teman Facebook
mereka. Ada yang berasumsi bahwa kurangnya tanggapan terhadap status
bisa dianggap sebagai bentuk penolakan, namun kegiatan menulis status
itu sendiri membuat orang merasa lebih terhubung, seperti yang dikatakan
para penelitinya.
Saat menuliskan status yang cerdas, para
pengguna Facebook dalam hati sudah ingin perhatian. Dengan berpikir
mengenai sahabat (atau setidaknya teman Facebook) mereka seperti sedang
makan camilan sosial (social snacking).
“Sama seperti makanan
ringan yang mengurangi rasa lapar untuk sementara sampai makan besar
berikutnya, social snacking bisa membantu menutupi kurangnya interaksi
sosial yang sebenarnya selama jangka waktu tertentu,” tulis para
ilmuwannya dalam sebuah makalah yang dipublikasikan dalam jurnal “Social
Psychological and Personality Science”.
Dengan jumlah pengguna
satu miliar orang, kini Facebook telah menjadi fokus penelitian yang
terus meningkat untuk menguak dampaknya terhadap sisi kehidupan sosial
yang sebenarnya.