Seberapa Berbahaya Kicauanmu di Twitter?

 
Aditya Panji/KompasTekno
Kantor pusat Twitter di San Francisco, California, Amerika Serikat

Penulis: Merry Magdalena*

KOMPAS.com — Kejahatan lewat Facebook? Sudah banyak diekspos. Bagaimana dengan Twitter?

Di awal kemunculannya, banyak orang memandang remeh microblogging besutan Jack Dorsey ini. "Hanya" sebuah wadah berkicau tak lebih dari 140 karakter, tanpa banyak memuat profil user selayaknya social media lain. Apalah yang bisa mengancam orang dengan keterbatasan itu?

Sebuah pandangan yang ternyata sangat salah. Twitter, dengan segala keterbatasannya, ternyata justru membuat orang lengah.

Belum lama terbetik berita, sebuah akun pengumpul dana sosial palsu mampu menipu banyak follower. Akun yang sudah ditutup tersebut memberi tweet seolah mewakili beberapa pihak yang memerlukan bantuan sumbangan.

Selain memberi posting foto-foto para "obyek penderita", akun itu juga menyebutkan nomor rekening tempat orang bisa menyalurkan sumbangannya. Berkat kejelian seorang jurnalis, diketahui bahwa foto-foto tersebut adalah foto orang yang disalahgunakan. Pemiliknya tak lain seorang mahasiswi yang mengaku butuh uang demi menonton konser idolanya.

Itu hanya satu contoh saja bagaimana penipuan bisa terjadi di Twitter. Cerita lain, ada saja akun yang mengaku sebagai pria menawan, dengan tampilan avatar tampan lagi keren. Tutur katanya di tweet sangat memesona, seolah anak keluarga terpelajar dan kaya raya. Setelah ditelusuri, ternyata semua itu palsu. Dia tak lain adalah seorang predator dunia maya yang mencari korban lawan jenis, dengan motif ekonomi.

User yang Lengah

Penipuan dengan membuat akun palsu, menyamar, mengelabui korban hanyalah salah satu modus operandi para pelaku kriminal cyber. Yang tak kalah mengerikan adalah stalking, atau mengintai perilaku seseorang dengan tujuan tertentu. Seberapa sering Anda menginformasikan gerak-gerik Anda di Twitter?

@Adinda22: Lagi jemput adik di TK Ceria, nanti pulang jam 10. Tinggal dulu, ah.

Sepenting apa informasi dari tweet tadi? Bagi seorang penculik atau predator anak-anak, sangat penting. Si @Adinda22 tanpa sadar sudah berbagi informasi penting tentang adiknya yang masih TK. Akan makin berbahaya jika ternyata dia sudah sering posting foto dirinya bersama adik.

Predator anak-anak akan dengan senang hati menyimak semua posting @Adinda22, kalau perlu menyamar sebagai akun yang akan mengajaknya "berteman" di Twitter. Segala informasi selanjutnya akan terpapar dengan mudah. Ketika ada kesempatan, penculikan pun terjadi seketika.

Itu sekadar contoh bagaimana berbagi informasi di Twitter dapat disalahgunakan oleh para pelaku kriminal. Apakah @Adinda22 salah? Tidak. Namun, dia lengah. Tidak sadar bahwa berbagi informasi di Twitter dapat berpotensi memicu aksi kriminal.

Mulai waspada

Dunia maya dan dunia nyata kelamaan sudah kian sulit dipisahkan. Para netter di dunia nyata berbagi apa saja yang mereka lakukan ke dunia maya. Tanpa disadari, dunia maya sudah menjadi semacam cermin dunia nyata. Dari sanalah perilaku, opini, bahkan isi hati seseorang dapat diterka.

Memang tidak semua pengguna social media senaif dan sepolos itu. Namun kadang, ada kondisi ketika user lengah, bersikap spontan saat menyampaikan tweet, membagi sesuatu yang sesungguhnya terlalu personal dan sensitif.

Twitter, sama dengan peranti sosial lain di internet, menghubungkan kita dengan sebanyak mungkin orang, baik kenal maupun tidak. Kendati cuma terdiri dari 140 karakter beserta spasi, microblogging ini tetap berpotensi disalahgunakan oleh siapa saja. Mulai dari penipuan bermotif ekonomi, pengintaian perilaku (stalking) untuk tujuan tertentu, penyebaran pornografi, sampai menyusupkan virus berbahaya yang berujung ke pencurian dan penyalahgunaan data.

Sudahkah Anda mulai bersikap waspada di microblogging yang tak lebih dari 140 karakter termasuk spasi ini? Jika belum, maka ada baiknya segera memulai. Kriminalitas bisa terjadi di mana saja.


* Tentang Penulis: Merry Magdalena, pengamat social media, founder Netsains.Net, penulis buku Situs Gaul Gak Cuma buat Ngibul (Gramedia Pustaka Utama), Melindungi Anak dari Seks Bebas (Grasindo), UU ITE, Don’be The Next Victim (Gramedia Pustaka Utama), dan sejumlah buku lain. Bisa dikontak di @merry