Ini yang Bikin Dolar AS Keok ke Rp 13.200

Rabu 07 Dec 2016, 17:57 WIB

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Ini yang Bikin Dolar AS Keok ke Rp 13.200 
 Foto: Ari Saputra
Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam merosot ke level terendahnya sore ini di Rp 13.241 dibandingkan posisi pembukaan pagi tadi di Rp 13.375.

Artinya, dolar AS hingga sore ini sudah merosot sampai 134 poin. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengungkapkan, pelemahan dolar AS terhadap rupiah disokong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) melalui cadangan devisa.

"Cadangan devisa merosot dari US$ 115 miliar ke US$ 111 miliar. Itu bagian dari intervensi BI," ujar dia kepada detikFinance, Rabu (7/12/2016).

Selain itu, David menyebutkan, banyak sentimen positif dari dalam negeri yang membuat nilai ukar rupiah terhadap dolar AS menguat, di antaranya situasi politik yang dalam beberapa hari terakhir terpantau kondusif. Terlihat, dalam aksi 2 Desember 2016 yang berjalan damai.

"Situasi politik dalam beberapa hari terakhir berjalan kondusif, itu sentimen positif dari dalam negeri, tensi politik sudah mereda, demo 2 Desember berjalan damai," ucap dia.

Di sisi lain, dana repatriasi dari program tax amnesty menjelang ditutupnya periode kedua pada akhir Desember 2016 akan semakin memberikan lebih banyak pasokan dolar AS ke dalam negeri. Diketahui, hingga saat ini dana repatriasi dari tax amnesty yang masuk ke dalam negeri mencapai Rp 143 triliun. Dari angka tersebut, komitmen dana repatriasi sudah mencapai 40%, selebihnya tentu akan dilakukan sebelum menjelang penutupan periode kedua berakhir.

Ada lagi yang membuat rupiah menguat yaitu rencana pemerintah menerbitkan obligasi dalam bentuk dolar AS sebesar US$ 3,5 miliar. Dengan penerbitan obligasi, akan banyak pasokan dolar AS yang masuk.

Otomatis, ini akan membuat rupiah menguat.

"Repatriasi mendekati deadline akhir bulan ini, mulai masuk dana-dana tax amnesty. Pemerintah juga refunding, menambah suplai dolar dengan penerbitan obligasi US$ 3,5 miliar, itu menambah pasokan dolar," jelas dia.

Di samping itu, dari luar negeri, ada yang harus diwaspadai soal rencana bank sentral AS atauThe Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya di Desember ini.

Meski demikian, hal tersebut sudah diantisipasi para pelaku pasar sehingga dampaknya tidak akan berpengaruh signifikan.

"13-14 Desember ini rencananya Fed rate naik, itu voting sudah 90% bakal naik. Tapi itu sudah di-price in, jadi tidak akan pengaruh," katanya.

David memperkirakan, pergerakan dolar AS akan bertengger di kisaran Rp 13.200. BI tidak akan membiarkan rupiah terus menguat terlalu tajam.

"Fundamental rupiah ada di Rp 13.200. Trennya positif," pungkasnya. (drk/hns)